BismillahirRahmanirRahim..

dimulai dengan Bismillahi...

Selasa, 13 September 2011

Fenomena Histrionik MELODRAMATIK.....

Mungkin pernah suatu waktu kamu mendapati temanmu mendadak sakit kritis. Nafasnya tiba2 tersengal-sengal seperti hendak berebut nyawa dengan malaikat ijroil, tangannya menyeret erat dadanya, mukanya memerah nyala selaras dengan matanya yang membengkak dan mulut terkatup katup, layaknya penderita jantung atau stroke disebuah sinetron. Tetapi setelah dibawa kedokter, diperiksa dilabolatorium klinis, tekanan darah, sampai MRI-nya baik-baik saja. Tak ada diagnosis apapun. Rancukah ?
Ya bagi orang normal, itu rancu, tapi tidak bagi para penderita Histrionik (Histrionic Personality Disorder / HPD ).

Apa itu HPD ?
HPD adalah suatu gejala kejiwaan berbentuk kebiasaan, yang kata psikolog, orang dengan kepribadian histrionik itu orang yang sering-sering mencari perhatian dan perestuan (approval). Mereka memanipulasi banyak orang hanya untuk mengejar simpati. Karena simpati dan kepedulian itu yang ngebuat mereka merasa nyaman dan aman. Banyak cara yang dilakukan penderita ini untuk menarik perhatian, cara yang paling efektif menurut mereka adalah dengan banyak mengeluh dan melebih-lebihkan penyakitnya. Ekstrimnya adalah contoh saya tadi diatas. Sebuah pertunjukan drama (drama queen).

Lalu, siapa itu penderita HPD ?
Menurut ahli teori psikodinamika, penderita HPD adalah individu yang kurang dapat kasih sayang dari keluarganya saat kanak-kanak. Mereka-mereka itu adalah orang yang mengalami hambatan pada tahap Oral ataupun tahap Oedipal. Semua kekosongan dan kesepiannya biasanya ditahan dan kemudian kasih sayang itu dituntut pada masa dewasa awal. Karena itu, sering dapat didiagnosis saat gangguan itu sudah menetap dan sangat meresahkan oranglain. Pola pikir mereka bercirikan “aku tidak cukup mampu menangani hidupku dengan caraku sendiri”. Maka para ahli sosiobudaya menganggap bahwa sikap ingin diperhatikan, kesombongan, dramatisasi, dan egosentrisnya merupakan pembesaran dari genital kewanitaanya.

Yang unik adalah, penderita ini umumnya memiliki kecerdasan yang tinggi, penampilan menarik, mampu bersosialisasi dengan baik, dan cara bicara yang hebat. Karena semua potensi positif itu adalah modal mereka untuk melakukan penipuan massal.
Menurut penelitian, 2 persen populasi dihuni oleh penderita ini. Wanita dan lelaki memiliki perbandingan yang sama. Dari sumber yang saya dapat, para HPD adalah individu yang mempunyai masalah dengan hubungan mereka, khususnya pasangan mereka. Oleh karena itu, ada yang membedakan deskripsi penderita HPD berdasarkan gender.

Wanita yang menderita HPD biasanya dicirikan sebagai sosok yang self centered (pusat perhatian), self indulgent (terlalu baik pada diri sendiri), terlalu sensitif dan sangat tergantung pada orang lain. Mereka labil secara emosional dan lekat pada orang lain dalam konteks hubungan yang tak dewasa. Wanita ini berlebihan dalam menilai hubungan keintiman dengan orang lain alias GR-an, misi-misi yang tidak realistis, tujuan-tujuannya dibentuk berupa fantasi terhadap orang yang dilibatkannya. Secara emosional mereka dangkal dan sulit sekali memahami orang lain dan dirinya sedalam apapun. Wanita HPD biasanya tunjukkan marah yang hebat dan tak pada tempatnya. Juga biasanya cenderung terlibat dalam hubungan cinta yang menyakitkan dengan pasangannya, yang akan terus ningkat seiring berjalan waktu.

Pria yang menderita HPD biasanya menunjukkan masalah krisis identitas, dan kekurangan kontrol perasaan. Mereka memiliki kecenderungan anti sosial, dan condong eksploitasi sakit fisik mereka. Mereka mereka ini secara emosi tidak dewasa, dramatisi dan dangkal.

Tapi mengapa mereka menggunakan penyakit ?
Karena lingkungan  budaya kita yang notabene “melodramatis” ini yang memungkinkan orang berlindung dibalik penyakit demi kasih sayang, perhatian, dan pelayanan. Orang sakit dapat tempat paling istimewa, dia bisa melepas tanggung jawab tanpa malu, dia juga bisa dapat apa2 yang dia inginkan termasuk lepas sementara dari tuntutan hukum, seperti keluhan sakit mendadak para tahanan kelas kakap dari elite politik dinegeri kita ini. Berharap diizinkan “istirahat” di rumahsakit. (Dan saya mulai muak dengan orang seperti ini.)
Saking nyamannya cara mereka memanipulasi, tak jarang caranya sangat beresiko. Misalnya percobaan bunuh diri.

Jadi, Apa yang bisa saya bantu untuk menyembuhkannya ?
Karena HPD cukup jarang dibuat riset, maka penanganan klinis jarang sekali digunakan. Kalaupun ada, sang psikiater biasanya hanyalah menggunakan obat anti depresan untuk membuatnya nyaman dengan tidur nyenyak. Tapi obat selalu sifatnya sementara, jadi disarankan rujuklah temanmu ke psikolog. Para psikolog akan gunakan anamnesis dan terapi individual (bukan kelompok agar tak ada audiens yang dipermainkan si penderita) untuk memperbaiki pola pikir yang keliru, khususnya dengan terapi kognitif.

“dan janganlah kalian melampaui batas sebab Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”

Afwan jika masih jauh dari kesempurnaan..Semoga bermanfaat.
AMIN.

1 komentar: